Buletinmedia.com – OpenAI merilis data terbaru yang menunjukkan besarnya tantangan kesehatan mental di era kecerdasan buatan (AI). Dalam laporan tersebut, perusahaan menyebut sekitar 0,15% pengguna aktif ChatGPT setiap pekan terlibat dalam percakapan yang mengindikasikan rencana atau niat bunuh diri. Dengan lebih dari 800 juta pengguna aktif mingguan, angka ini berarti lebih dari satu juta orang per minggu membicarakan niat mengakhiri hidup dengan ChatGPT.
Selain itu, OpenAI menemukan persentase serupa pengguna yang menunjukkan keterikatan emosional tinggi terhadap ChatGPT. Ratusan ribu lainnya memperlihatkan tanda-tanda psikosis atau mania selama percakapan mingguan dengan model AI ini.
Upaya OpenAI dalam Isu Kesehatan Mental
OpenAI menegaskan bahwa interaksi semacam ini tergolong jarang, namun tetap menunjukkan kerentanan emosional yang signifikan di antara pengguna. Perusahaan bekerja sama dengan lebih dari 170 pakar kesehatan mental untuk memperbaiki respons ChatGPT terhadap isu sensitif. Versi terbaru diklaim memberikan respon lebih tepat dan konsisten dibanding versi sebelumnya.
Dampak ChatGPT pada Pengguna Rentan
Fenomena ini muncul di tengah kekhawatiran publik terkait dampak AI pada pengguna yang menghadapi masalah psikologis. Studi menunjukkan bahwa AI kadang dapat memperkuat keyakinan berbahaya melalui pola respons yang terlalu menuruti pengguna, menciptakan efek “lingkar delusi”.
Kasus hukum juga mulai bermunculan. OpenAI digugat oleh orang tua seorang remaja 16 tahun yang bunuh diri setelah mengungkapkan niatnya kepada ChatGPT. Jaksa agung di California dan Delaware memperingatkan OpenAI untuk memperketat perlindungan bagi pengguna muda.
Perbaikan di GPT-5
Model terbaru GPT-5 menunjukkan respons ideal terhadap isu kesehatan mental 65% lebih sering dibanding versi sebelumnya, dengan tingkat kepatuhan 91% dalam pengujian percakapan terkait bunuh diri. OpenAI juga menambahkan evaluasi baru untuk ketergantungan emosional dan krisis non-bunuh diri, serta mengembangkan sistem prediksi usia untuk mendeteksi pengguna anak-anak.
Meski GPT-5 lebih aman, OpenAI mengakui masih ada sebagian kecil respons yang dianggap tidak diinginkan, sementara model lama seperti GPT-4o tetap digunakan oleh jutaan pelanggan berbayar.
Kesimpulan
Data ini menegaskan bahwa chatbot AI bukan hanya alat percakapan, tetapi juga mencerminkan kondisi psikologis masyarakat digital. Hal ini menegaskan tanggung jawab etis yang harus diemban para pembuat AI untuk melindungi penggunanya.
