Sistem pertahanan rudal Iron Dome milik Israel (kiri) mencegat roket (kanan) yang ditembakkan oleh militan Palestina dari Gaza pada 14 Mei 2021. Selama bertahun-tahun, Iron Dome telah menghentikan ribuan roket yang menuju kota-kota Israel, tetapi para ahli memperingatkan bahwa dalam perang dengan Hizbullah, taktik baru dan jumlah yang banyak dapat menyebabkan sistem ini gagal. Anas Baba/AFP via Getty Images
Buletinmedia.com – Sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, tampak kewalahan dalam beberapa hari terakhir setelah diserbu serangkaian serangan rudal dari Iran. Serangan ini terjadi sebagai aksi balasan atas serangan Israel terhadap fasilitas-fasilitas strategis di Iran, termasuk instalasi nuklir, gudang senjata, dan wilayah pemukiman di Teheran.
Sejak 13 Juni, Iran meluncurkan ratusan rudal ke arah Israel. Meski belum ada pernyataan resmi soal jenis senjata yang digunakan, laporan menyebutkan Iran mungkin mengerahkan rudal balistik seperti Emad, Ghadr-1, dan rudal hipersonik Fattah-1. Rudal-rudal ini bahkan menghantam wilayah strategis seperti Tel Aviv, markas militer Israel, dan kantor Kementerian Pertahanan.
Padahal, Iron Dome dikenal sebagai salah satu sistem pertahanan udara tercanggih di dunia dengan tingkat keberhasilan 90 persen. Sistem ini dirancang untuk mencegat roket dan artileri jarak pendek hingga 70 km dengan rudal pencegat Tamir. Setiap unit Iron Dome terdiri dari beberapa peluncur, yang masing-masing membawa hingga 20 rudal pencegat.
Namun, sistem ini memiliki keterbatasan, terutama jika diserang dalam jumlah besar secara bersamaan. Malcolm Davis, analis dari Australian Strategic Policy Institute, menekankan bahwa volume serangan besar dapat membuat Iron Dome kewalahan karena jumlah rudal pencegat yang terbatas.
Iron Dome sendiri hanya merupakan bagian dari lapisan terendah sistem pertahanan Israel. Untuk menghadapi ancaman rudal balistik jarak menengah, Israel mengandalkan sistem David’s Sling yang mampu menghadang target hingga jarak 299 km.
Lapisan pertahanan lebih tinggi dilengkapi dengan sistem Arrow 2 dan Arrow 3. Arrow 2 menghancurkan rudal balistik di fase akhir jelajahnya dengan ledakan fragmentasi, sedangkan Arrow 3 mencegat rudal yang masih berada di luar angkasa dengan metode hit-to-kill.
Meski memiliki sistem berlapis, Israel menyadari tak ada pertahanan yang sempurna. Oleh karena itu, sistem seperti Iron Dome diprogram untuk hanya mencegat rudal yang diperkirakan akan menghantam kawasan berpenduduk atau infrastruktur penting, sementara proyektil yang diprediksi jatuh di area kosong dibiarkan meluncur.
