tokoh penting OPM, yaitu Mayer Wenda alias Kuloi Wonda, Wakil Panglima Kodap XII/Lanny Jaya, pada Selasa, (5/8/2025)(KOMPAS.COM/DOK TNI Habema)
Lanny Jaya — Sebuah operasi militer bersandi “terukur dan profesional” menandai akhir perjalanan panjang Mayer Wenda, alias Kuloi Wonda, sosok yang selama ini dikenal sebagai Wakil Panglima Kodap XII Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam kontak senjata sengit yang berlangsung di Kampung Mukoni, Distrik Mukoni, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan, Selasa (5/8/2025) pukul 16.30 WIT, Mayer Wenda tewas bersama satu orang lain yang diduga adalah adiknya, Dani Wenda.
Mayer bukanlah nama baru dalam catatan panjang aksi kekerasan di Papua. Sejak lebih dari satu dekade lalu, namanya tercatat dalam sejumlah kasus berat yang mengguncang keamanan daerah, mulai dari pembunuhan anggota polisi, perampasan senjata, hingga pembakaran kantor kepolisian. Ia resmi masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2014, dan disebut-sebut sebagai otak di balik beberapa operasi bersenjata brutal yang menargetkan aparat keamanan di Lanny Jaya dan sekitarnya.
Beberapa catatan kejahatannya antara lain pembantaian dan pembakaran Mapolsek Pirime (27 November 2012), pembunuhan anggota Polres Tolikara dan perampasan senjata di Jalan Trans Karubaga–Wamena (10 September 2012), hingga serangkaian aksi penghadangan dan kekerasan di wilayah Indawa dan Pirime pada tahun 2014.
Menurut Panglima Komando Operasi Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, Mayer sempat ‘menghilang’ setelah beberapa aksinya, namun kembali muncul dengan kekuatan lebih besar di tahun 2014 sebagai penggerak militerisasi OPM di Lanny Jaya. Ia memegang peran strategis dalam struktur bersenjata kelompok separatis tersebut.
Operasi penyergapan oleh Satgas Koops Habema tidak berlangsung mulus. Kontak tembak terjadi saat Mayer dan kelompoknya memberikan perlawanan sengit. Namun, TNI tetap bersikap sesuai prosedur Operasi Militer Selain Perang (OMSP) sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 3 Tahun 2025.
Dari lokasi baku tembak, aparat berhasil mengamankan sejumlah barang bukti penting, termasuk satu pucuk revolver, 24 butir amunisi, dua unit ponsel (Vivo dan Oppo), KTP atas nama Dani Wenda dan Pemina Wenda, uang tunai Rp 65.000, dan satu buah noken khas Papua.
Jenazah Mayer dan Dani langsung dievakuasi ke RSUD Wamena untuk proses identifikasi lebih lanjut. Keberhasilan operasi ini disebut sebagai salah satu bentuk nyata upaya Koops Habema dalam menciptakan stabilitas keamanan menjelang Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia.
Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Kristomei Sianturi menegaskan bahwa operasi dilakukan secara profesional dan berdasarkan hukum yang berlaku. Lebih lanjut, ia menekankan bahwa meski TNI tegas terhadap kelompok separatis bersenjata, pintu dialog tetap terbuka bagi anggota OPM yang ingin kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Jika ada yang menyadari kekeliruannya dan ingin membangun Papua dalam bingkai NKRI, TNI akan menyambutnya dengan tangan terbuka,” ujarnya.
