Ilustrasi chatGPT (Tangkapan Layar)
Buletinmedia.com – Di era digital yang serba cepat, teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT semakin banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk sebagai “teman curhat.” Dengan respons yang cepat, sopan, dan tidak menghakimi, banyak orang merasa lebih nyaman mencurahkan isi hati kepada AI dibanding manusia. Sayangnya, di balik kenyamanan itu, ada risiko tersembunyi yang perlu diwaspadai, baik dari sisi psikologis maupun keamanan data.
Salah satu risiko utama adalah munculnya ketergantungan emosional. Karena AI selalu tersedia dan terasa memahami, pengguna bisa mulai mengandalkan ChatGPT sebagai pelarian emosional. Lama-kelamaan, ini bisa mengurangi keinginan untuk berbicara dengan orang lain secara langsung. Akibatnya, kemampuan bersosialisasi bisa menurun, seseorang menjadi lebih tertutup, bahkan menghindari hubungan emosional dengan keluarga atau teman. Ini menjadi benih isolasi sosial, yang berbahaya bagi kesehatan mental.
Selain itu, penting disadari bahwa ChatGPT bukan manusia dan bukan profesional. Ia tidak bisa benar-benar memahami perasaan, tidak punya pengalaman hidup, dan responsnya hanya hasil dari analisis pola teks. Saat membahas topik serius seperti depresi, trauma, atau keputusan besar hidup, jawaban dari AI bisa terdengar masuk akal, tapi tidak selalu tepat atau aman. Mengandalkan AI untuk hal-hal seperti ini bisa berisiko, dan konsultasi dengan psikolog atau profesional tetap jadi pilihan terbaik.
Masalah lain yang tak kalah penting adalah keamanan data pribadi. Meski ada fitur untuk menonaktifkan riwayat obrolan, bukan berarti data yang dibagikan benar-benar aman. Informasi yang dimasukkan bisa saja digunakan untuk melatih model AI di masa depan. Ini membuat data sensitive seperti identitas, informasi keuangan, hingga rahasia pribadi berpotensi disalahgunakan atau bocor tanpa disadari.
Untuk itu, pengguna disarankan tidak membagikan lima jenis informasi berikut ke ChatGPT: (1) identitas pribadi seperti nama lengkap, alamat, dan nomor identitas, (2) data keuangan dan perbankan, (3) kata sandi atau kredensial login, (4) masalah pribadi atau rahasia, dan (5) ide atau karya yang termasuk hak kekayaan intelektual. Menggunakan AI boleh saja, tapi harus disertai kesadaran dan batasan yang jelas agar tidak menimbulkan dampak negatif di kemudian hari.
